Visi Misi Pengasuhan dan Pendidikan Anakku

Secara garis besar, visi misi pengasuhan dan pendidikan anakku digambarkan seperti sebuah segitiga :




VISI
Visi Pengasuhan : Anak Sebagai Fokus Utama dalam Beraktifitas. Mulai dari Bab Agama, Bab belajar, Bab bermain, Bab Sosial, sampai Bab Relaksasi. Kenapa anak sebagai fokus utamanya? Jawabannya hanya satu : Karena anak itu rahmat, hadiah, dan amanah dari Allah. Kalo dikasih, harus berterima kasih (syukur), 'kan? Bagaimana caranya berterima kasih? Ya dirawat, dilindungi, dikasihi, disayangi, dan dididik dengan sebaik baiknya.

                                  


Visi Pendidikan : Mendapat Ilmu Seimbang Antara Agama dan IPTEK. Termasuk di dalamnya adalah memberikan alternatif tempat menimba ilmu yang cocok dengan karakter masing masing. Kenapa memberikan alternatif dan bukan memilihkan? Sama kok seperti orang dewasa, lebih nyaman dipilihkan atau memilih sendiri sesuai kata hati? Pun ketika nanti anakku memiliki keinginan bersekolah di sekolah yang tidak ada dalam daftar pilihan -sudah disurvey dan dicatat plus minusnya (tentu pilihannya adalah sekolah yang baik, sistem transfer ilmunya jelas dan dapat dipahami sesuai usia anak, lingkungan nyaman dan aman, dan pastinya ada ilmu agama yang ditularkan), dan ternyata pilihannya jatuh pada sekolah yang kurang baik, aku pastikan membeberkan saran saran positif untuk membelokkan cara pandangnya, dan bukan memaksakan kehendak.

Sejauh yang kupelajari, Fio, anak pertamaku, cenderung memilih tempat belajar yang dominan aktifitas fisiknya, dengan teman teman yang kalem tapi sifat/bawaannya sama/hampir memper dengannya. Seakan akan dia seperti mencari "kembarannya" yang bisa diajak bermain suatu permainan yang sama. And she hates studying. She thinks she just needs learning. Learning by Doing adalah metode belajar yang pas untuk Fio.




Berkebalikan dengan Fio, dek Gyo justru berpembawaan lebih tenang dan cenderung nurut ketika dijejeli pengetahuan. Dia lebih suka duduk manis sambil mengobrol atau membaca buku, atau memperhatikan sesuatu secara seksama. Dia tertarik pada detail baju, dan bisa duduk penuh konsentrasi tanpa berkedip. Satu kesamaan antara Fio dan dek Gyo adalah keduanya juga suka aktifitas fisik dan memiliki kecerdasan audio. Porsinya saja yang berbeda. Learning by Watching adalah metode belajar yang cocok untuk dek Gyo.





MISI
Misinya banyak sekali, karena masing masing dari kami (aku dan suami) punya peran dan cara berpikir serta kebiasaan yang nggak sama. Misi boleh beda, visi tetep satu dong.

Selain itu, misi kami berdua memang terbagi menjadi Misi untuk Fio, dan Misi untuk Gyo. Secara, anaknya sudah dua, tentu cara mendidiknya harus berbeda -masing masing anak membawa gen berbeda, 'kan? Yang penting pada prinsipnya tetap sama, yaitu anak yang utama. Oke kita bahas Misi untuk Fio dulu, karena Fio kakaknya.


Misi untuk Fio :


1. Banyakin mainan dan bermain


2. Perdengarkan Murrotal secara berkala


3. Biarkan belajar semaunya


4. Batasi penggunaan gadget


5. Makan makanan bergizi dan teratur



Misi Ayah untuk Fio : Sering ngajak/nemenin/ngeladenin Fio main, mematuhi jadwal makan utama dan snack Fio, ngajarin Fio berlatih doa sehari hari, ajak Fio belajar sambil bermain/praktek, mengurangi koleksi video offline nya Youtube dan menggantinya dengan mp3 sambil berpraktek langsung mengikuti lagu (menirukan hewan -old mcdonald, pura pura naik bus -wheels on the bus, dll)

Misi Bunda untuk Fio : Self-treatening supaya emosi tertata ketika Fio mulai usil dan bandel, membuatkan dan membelikan mainan baru yang edukatif, perbanyak memberi contoh melaksanakan ibadah wajib : jadwalnya, kebiasaannya; sering sering ngobrol ringan untuk melatih Fio jadi anak yang terbuka pada orangtuanya, belanja dan masak makanan sehat tiap hari plus memastikan Fio makan sesuai urutan : air putih (bangun tidur) → buah → rehat → nasi+lauk+sayur → air putih → rehat → susu → rehat snack → susu. Dan urutannya kembali dari awal lagi ketika waktunya makan siang (jam 13.00), dan makan malam (jam 19.30).


Karena Gyo bahkan masih belum genap lima bulan, observasinya baru membuahkan hasil seperti dibawah ini. Seenggaknya, sudah kelihatan lah perbedaannya dengan Fio. Jadi bisa mempersiapkan pernak pernik pendukung cara belajarnya lebih awal.


Misi untuk Gyo :



1. Sering sering sosialisasi


2. Perdengarkan murrotal ketika tidur


3. Belajar teratur, terjadwal, dan tersistem/sesuai tahap


4. Sering sering didongengin


5. Sering sering diajak ke toko buku



Misi Ayah untuk Gyo : Sering ngajak/nemenin/ngeladenin Gyo ngoceh, sering sering melibatkan Gyo mengobrol ringan bersama Fio untuk meningkatkan ikatan antar saudara, ngajarin Gyo membaca doa sehari hari, memfasilitasi keminatan Gyo dalam membaca -nah, beli buku!

Misi Bunda untuk Gyo : Self-treatening supaya emosi tertata ketika Gyo mulai rewel dan ngalem, membuatkan dan membelikan mainan baru yang menstimulir perkembangan otaknya, perbanyak cerita seputar agama, sering sering ngobrol ringan untuk melatih kemampuan verbal Gyo, makan makanan sehat dan bergizi tiap hari plus memastikan diri sendiri mengikuti urutan makan yang dianjurkan supaya ASInya lancar dan berkualitas : air putih (bangun tidur) → buah → rehat → nasi+lauk+sayur → air putih+vitamin → rehat → susu → rehat → snack / jus → susu. Dan urutannya kembali dari awal lagi ketika waktunya makan siang (jam 12.30), dan makan malam (jam 18.30 dan 22.00).



#

Secara keseluruhan, misi yang kami laksanakan adalah demi mencapai pola pengasuhan dan pendidikan yang selaras dengan visinya. Kadangkala di tengah jalan ada yang kurang sesuai untuk diterapkan dan harus dirubah secara spontan, baru setelah itu bisa ditetapkan kembali. Pada intinya, misi kami adalah selalu menomorsatukan anak anak dalam segala hal, baik itu dari sistem pengasuhan (anak sebagai pusat pengasuhan; perlakukan anak seperti raja umur 0-7 sesuai hadist) maupun teknik mendidik (anak sebagai pusat dalam kegiatan belajar-mengajar; perlakukan anak seperti sahabat).


Mudah-mudahan ilmu yang aku tuangkan disini bisa bermanfaat dan melecut kamu kamu diluar sana -baik yang akan menikah, yang akan segera punya momongan, maupun yang masih jomblohahahaha, supaya mempersiapkan diri dengan baik. Karena sesungguhnya apa yang kamu rencanakan (teori) belum tentu sesuai dengan kenyataan di lapangan (realita). Keep the spirit on! Tetap semangat!



Salam literARTsi





Posting Komentar

0 Komentar