kasta nilai

Wah, wah, apa lagi ini yang mau ditulis si endek?
Kok ada kasta-kasta nya segala? Pake acara nyoret-nyoret kata 'NILAI' lagi *emosi dan sensitif berat denger kata nilai disebut*

Nah yaa, pada suatu malam yang cerah, cinderella berlari, bla bla bla .... *opose gak jelas*
Oke, oke, serius.
Ini soal pentingnya sebuah nilai ulangan di mata orang-orang, terutama ortu dan keluarga.

Hari senen, capek banget abis les neutron, Ibuk sms katanya aku mau dijemput. Rencananya se mau ke rumah Pakde Sigid, jadi sekalian gitu nggak muter2, balik ke rumah, terus berangkat lagi. Wasting time -.-
Sampe setengah 6, aku nungguin di neutron tapi nggak keliatan juga batang idungnya Ibuk, Babeh sama Laras. Ini jamku yang kecepetan ato emang udah maghrib? Kuputusin sms Ibuk lagi, 'Buk ayoo,' maksudnya ayoo, cepetaaan jemputnyaaa! #frustasi
Akhirnya Babeh nelpon, "Ndhuk kamu dijemput mas kiki aja ya ke depot, tunggu disana. Trouble ini dirumah" aku cuma melongo. Jadi, sejam nungguin disini cuma buat bengong dewean sambil pasang tulisan ayam betina ngenes di jidat? Oh wthaaaa! Yaudah, aku setuju-setuju aja, yang penting nggak mengong disini deh, kayak anak ilang aja -.-

Tepat pukul setengah 9, yang merupakan delay penjemputan selama 4 jam, babeh dateng njemput endek yang udah kuyu keguyur aer comberan *eh boong ding* , nungguin lama sampe masuk angin. Di jalan, aku yang udah nggak semangat mencak-mencak minta es krim, mulai berkoar karena bosen, "Buk, matematikaku tadi ulangannya dapet 90 sama 100 loooohh" sambil make puppy eyes sebagai contact lense *boong lagi ding*. hahaha

Aku senyum-senyum bangga, dan berhasil ! Ibuk sama Babeh seneng, ikutan bangga. tapi sejurus kemudian, Ibuk tanya "Yang lainnya berapa?" aku cuma terkekeh sambil senyum miris, "100 juga, hehehe" seketika Babeh sama Ibuk menggelar tawa sekeras geledek sampe kedengeran di ujung jalan. "Ealaah, pantesan 100, yang laen juga segitu. hahaha, tak kira kok pinter bangeet dapet 100 dewe, hahahaa"

-_______________________- kalo dapet 100 dibilang aneh bin ajaib, kalo nggak 100 dibilang oon. Ooh God, salah apa --

Terus, gantian adekku sekarang yang berkoar "Fisikaku 75 looh" sambil membusungkan dada, bangga. Kayak yang udah mempersatukan nusantara aja *loh, itu gajahmada ya? hahaha*
Ibuk sama Babeh pandang-pandangan, terus ketawa lagi sampe ayam tetangga mati #gaknyambung. "Leeh, 75 kok bangga. Hahahaa" tapi laras masih bersikukuh nilainya itu bagus, "La tapi lo, nilaiku udah paling bagus ke.. ke brapa ya ... ketiga di kelas. yang laennya lo 6, 5 , 4 ,3 *lebay*. Wooo" sambil monyong-monyong dia njelasin kronologis ulangan-fisika-yang-dapet-75. Ibuk meringis kecil "Yang paling bagus berapa?" adekku menyahut dengan entengnya,"95, terus 80. Abis gitu aku 75"

"...................." "............................" "............................"
(Kenapa kok ada tiga pasang tanda petik? Karna itu menunjukkan aku, Ibuk, Babeh)

"HUAHAHAHAHHAA, HAHAHAHHAA, jauh amat selisihnyaa? Huahahahaha" dengan jahatnya, kita bertiga ngetawain omongannya Laras. Nggak tau kenapa kok bisa sepikiran sama Babeh sama Ibuk. Hahaha, mungkin karna aku anaknya (yaiyalah!)

See? Kasta nilai itu masih dinilai penting. Bahkan, orang-orang rela ngelakuin pengorbanan apa aja demi sebuah nilai yang fantastis.
Walaupun aku cuma dapet 90/100 diantara temen-temenku yang (juga) dapet nilai 100/100 atau 90/100, tapi aku dilihat lebih cling, soalnya nilaiku lebih bagus. Nah Laras? Udah selisihnya jauh banget sama yang nilainya tertinggi, dapet nilai ngepas skm pula. Kasiiaaan, dinilai masih ngenes cara belajarnya sama ortu.

Hahaha, udah ah, otakku miring 12 derajat nih dipake ngomongin nilai-nilai an. Eeh, cos 12 derajat itu berapa yaaa? (mulai stress) Maaf, nggak penting --"


But, people, always remember. The real value of a thing, is inside it, on its use, on its participation, on its heart, not numbers



Posting Komentar

0 Komentar